
Mimika ( Jurnal Timika ) – Satgas Pamtas Kewilayahan RI-PNG Yonif 711/Raksatama menggelar kegiatan belajar bersama meskipun di tengah keterbatasan fasilitas pendidikan di pedalaman Papua.
Terlihat semangat belajar anak-anak tetap menyala berkat kepedulian . Melalui kegiatan “Kelas Belajar”, para prajurit mengajak anak-anak di sekitar Pos Kotis Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, untuk belajar membaca, menulis, dan menggambar, Jumat (10/10).

Dengan papan tulis seadanya dan alat tulis sederhana, suasana belajar di lingkungan pos berubah menjadi ruang penuh tawa dan semangat. Para prajurit yang biasanya memegang senjata kini memegang spidol dan buku, mengajari anak-anak dengan penuh kesabaran dan kasih.
Dalam rilis yang diterima pada Minggu (12/10/2025), Pasiter Satgas Yonif 711/Raksatama, Letda Inf I Made Guntaroyaso, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata kepedulian Satgas terhadap masa depan anak-anak Papua.
“Kami ingin hadir bukan hanya menjaga wilayah, tapi juga ikut mencerdaskan anak bangsa. Melalui kegiatan belajar ini, kami ingin menumbuhkan semangat belajar sejak dini dan menanamkan rasa percaya diri kepada anak-anak,” ujarnya.
Anak-anak tampak begitu antusias mengikuti setiap sesi pelajaran. Mereka belajar mengeja huruf, menulis nama, dan menggambar pemandangan khas Papua dengan penuh keceriaan. Suara tawa riang dan semangat belajar mereka menjadi bukti bahwa pendidikan adalah harapan yang tidak boleh padam, meski dalam segala keterbatasan.
Kegiatan sederhana ini juga menjadi sarana mempererat hubungan antara prajurit Satgas dan masyarakat setempat. Kehadiran TNI dirasakan bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai pendamping dan sahabat bagi generasi muda Papua.
“Kami sangat berterima kasih kepada bapak-bapak TNI yang sudah mengajar anak-anak kami. Mereka jadi semangat belajar lagi,” ungkap salah satu orang tua dengan penuh haru.
Melalui langkah kecil namun bermakna ini, Satgas Yonif 711/Raksatama membuktikan bahwa TNI hadir tidak hanya untuk menjaga kedaulatan negara, tetapi juga membangun masa depan bangsa, dari pelosok Papua, di mana setiap huruf yang diajarkan menjadi jembatan menuju harapan yang lebih besar. (Red)